PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan
Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran
dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai
Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia lebih daripada tuntutan hidup
makhluk lainnya yang membuat manusia harus berpikir lebih maju untuk memenuhi
kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun
rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan
terhadap hidup.
Pandangan terhadap hidup ini adalah
segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat
menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam
menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat
pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain
itu Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan
melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia
itulah proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari
masa kanak-kanak hingga dewasa.
Dalam
usaha pencapaian untuk mendapatkan jati diri atau pandangan hidup tentu tidak
terlepas dari masalah dan rintangan, baik yang datang diri sendiri maupun dari
lingkungan. Masalah bisa saja datang dari lingkungan tempat ia berada.
Misalkan saja masalah negeri ini yang tak kunjung usai, mulai dari
persoalan sosial, korupsi, pelanggaran hukum, penyalahgunaan jabatan, sampai
pada maraknya penculikan anak-anak. Rakyatnya bergelut dengan masalah pribadi,
mulai dari krisis ekonomi bahkan krisis identitas.
Persoalan pokoknya adalah cara berfikir dan cara memaknai hidup.
Masalah material di Indonesia, mulai dari kemiskinan sampai korupsi, bisa di
atasi dengan mengubah persepsi warganya tentang pandangan hidup. Filsafat
sebagai landasan hidup bisa memberikan sumbangan besar dalam hal ini.
PEMBAHASAN
A.
Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat merupakan padanan kata falsafah
(bahasa arab) dan philosophy (bahasa inggris), yang berasal dari bahasa
yunani philosophia.[1]
Kata philosophia adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata, philos dan
sophia. Kata philos berarti cinta (love), dan sophia berarti
kebijaksanaan (wisdom), kearifan, dan pengetahuan.
Sehingga secara etimologis, kata filsafat berarti “love of wisdom”
atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta kehidupan.[2]
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan
secara teori. Filsafat juga suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan
gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu kepercayaan yang
membuta. Filsafat mempersoalkan tentang etika, moral, estetika/seni, sosial dan
politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia.[3]
Jika kita berbicara
filsafat, kita seakan-akan berada pada ranah yang sangat abstrak.[4]
Namun sejatinya, meskipun filsafat itu abstrak, bukan berarti ia sama sekali
tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang konkret. Keabstrakan
filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apapun dengan
kehidupan nyata.[5]
Filsafat tidak hadir untuk menyesatkan. Filsafat mengajak orang
untuk berfikir secara mendalam tentang hidup mereka. Hasil dari berfilsafat
adalah cara berpikir yang mendalam dan tepat tentang kehidupan. Filsafat
mencerahkan orang melalui pikiran dan tindakan, apapun profesi yang
digelutinya.
Menyibukkan diri di bidang filsafat bukanlah suatu kegiatan yang
hanyadilakukan oleh segelintir ahli saja, melainkan merupakan salah satu ciri
kemanusiaan kita. Dalam hal ihwal sehari-hari, termasuk juga pandangan yang
lain daripada yang lain dalam peristiwa sehari-hari itu.
B.
Pandangan Hidup
Hidup diartikan keadaan suatu benda yang karena kekuatan Zat yang
Maha Kuasa benda itu dapat bernafas (yaitu fungsi paru-paru dan peredaran darah
bagi manusia dan binatang, atau insang bagi sebagian ikan, atau kulit dan daun
bagi sebagian tumbuh-tumbuhan). Jadi, kata hidup bukan lawannya mati karena
mati adalah lawannya lahir. Dengan demikian lahir adalah awal kehidupan
sedangkan mati adalah akhir kehidupan.[6]
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup.
Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia
menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu
dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup
artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut
waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu
bukanlah timbul seketika atau dalam waktu
yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang
lama dan terus menerus, sebingga basil pemikiran itu
dapat diuji kenyataannya.Hasil
pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas
dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai
pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut
pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali
macamnya dan ragamnya, akan tetapi
pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan
asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
a.
Pandangan hidup yang berasal dari
agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
b.
Pandangan hidup yang berupa
ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat
pada negara tersebut.
c.
Pandangan hidup
hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif
kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung
suatu organisasi, maka pandangan hidup itu
disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi
politik, ideologinya disebut ideologi politik.
Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut
ideologi negara. Pandangan hidup pada
dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur
ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita
– cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai
dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak
dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang
baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan
adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan
diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan
kepercayaan kepada Tuhan.
C.
Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya
bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu,
makhluk sosial dan makhluk Tuhan) hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan
pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia
sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan
raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat
sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut:
a.
Manusia
dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.
Manusia
dengan unsur rasanyaq dapat melahirkan filsafat keindahan(estetika).
c.
Manusiaa
dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan
filsafat antropologi.
d.
Manusia
dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
e.
Manusia
dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.
Manusia
sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
g.
Manusia
dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat melahirkan filsafat
tingkah laku (etika).
h.
Manusia
dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.
Manusia
dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
j.
Manusia
dengan dan sebagai warga negara ini dapat melahirkan filsafat negara.
k.
Manusia
dengan unsur kepercayaannya terhadap supernatural dapat melahirkan filsafat
agama.
Filsafat sebagai pandangan hidup (weltsanschaung) merupakan suatu
pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan
tercermin dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut akan
muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.[7]
D.
Manfaat Mengetahui Pandangan Hidup
(Filsafat Hidup)
Berdasarkan hakekat dari pandangan
hidup atau filsafat hidup maka ada beberapa manfaat mengetahui pandangan hidup,
yaitu:
1)
Pandangan
hidup atau filsafat hidup menolong mendidik, membangun diri sendiri dan membuka
cakrawala pandang yang lebih luas, yang kemudian akan memudahkan penyelesaian
masalah yang kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
2)
Pandangan
hidup atau filsafat hidup memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan dasar
semua tindakan bersumber dari ide. Sesungguhnya filsafat didalamnya memuat
ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang akan mebawa manusia ke arah suatu
kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya.
3) Pandangan
hidup memberikan pandangan yang luas membendung egoisme dan egosentrisme.
4) Pandangan
hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri maupun untuk
kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.[8]
Dengan memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut, maka orang yang
memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi, terdapat ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Mampu mengapresiasi
keindahan, baik keindahan alam lingkungan, keindahan seni budaya, maupun
keindahan harmoni yang aman, tentram, dan damai.
b.
Tanggap dan
menaruh empati maupun simpati terhadap penderitaan orang lain, karena itu ia
tidak akan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan pihak lain.
c. Menjunjung
tinggi rasa keadilan, bahkan berani mempertaruhkan hidupnya demi memperjuangkan
keadilan.
Daftar Pustaka
Inu
Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Ali
Maksum, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Ayi
Sofyan, Kapita Selekta Filsafat, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Asmoro
Achmadi, Filsafa Umum, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008.
[1] Inu Kencana
Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. H, 1.
[2] Ali Maksum, Pengantar
Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011. H, 14.
[3] Inu Kencana
Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. H, 2.
[4] Ayi Sofyan, Kapita
Selekta Filsafat, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. H, 436.
[5] Ali Maksum, Pengantar
Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011. H, 32.
[6] Inu Kencana
Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. H, 3.
[7] Asmoro
Achmadi, Filsafa Umum, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008) 8.
[8] Asmoro Achmadi,
Filsafa Umum, 18-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar