Selasa, 05 April 2016

Filsafat dan pandangan hidup

PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia harus berpikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia itulah proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Dalam usaha pencapaian untuk mendapatkan jati diri atau pandangan hidup tentu tidak terlepas dari masalah dan rintangan, baik yang datang diri sendiri maupun dari lingkungan. Masalah bisa saja datang dari lingkungan tempat ia berada.
Misalkan saja masalah negeri ini yang tak kunjung usai, mulai dari persoalan sosial, korupsi, pelanggaran hukum, penyalahgunaan jabatan, sampai pada maraknya penculikan anak-anak. Rakyatnya bergelut dengan masalah pribadi, mulai dari krisis ekonomi bahkan krisis identitas.
Persoalan pokoknya adalah cara berfikir dan cara memaknai hidup. Masalah material di Indonesia, mulai dari kemiskinan sampai korupsi, bisa di atasi dengan mengubah persepsi warganya tentang pandangan hidup. Filsafat sebagai landasan hidup bisa memberikan sumbangan besar dalam hal ini.
PEMBAHASAN
A.  Filsafat
Secara etimologis, istilah “filsafat merupakan padanan kata falsafah (bahasa arab) dan philosophy (bahasa inggris), yang berasal dari bahasa yunani philosophia.[1] Kata philosophia adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata, philos dan sophia. Kata philos berarti cinta (love), dan sophia berarti kebijaksanaan (wisdom), kearifan, dan pengetahuan. Sehingga secara etimologis, kata filsafat berarti “love of wisdom” atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta kehidupan.[2]
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat juga suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan tentang etika, moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia.[3]
 Jika kita berbicara filsafat, kita seakan-akan berada pada ranah yang sangat abstrak.[4] Namun sejatinya, meskipun filsafat itu abstrak, bukan berarti ia sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang konkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apapun dengan kehidupan nyata.[5]
Filsafat tidak hadir untuk menyesatkan. Filsafat mengajak orang untuk berfikir secara mendalam tentang hidup mereka. Hasil dari berfilsafat adalah cara berpikir yang mendalam dan tepat tentang kehidupan. Filsafat mencerahkan orang melalui pikiran dan tindakan, apapun profesi yang digelutinya.

Menyibukkan diri di bidang filsafat bukanlah suatu kegiatan yang hanyadilakukan oleh segelintir ahli saja, melainkan merupakan salah satu ciri kemanusiaan kita. Dalam hal ihwal sehari-hari, termasuk juga pandangan yang lain daripada yang lain dalam peristiwa sehari-hari itu.

B.  Pandangan Hidup

Hidup diartikan keadaan suatu benda yang karena kekuatan Zat yang Maha Kuasa benda itu dapat bernafas (yaitu fungsi paru-paru dan peredaran darah bagi manusia dan binatang, atau insang bagi sebagian ikan, atau kulit dan daun bagi sebagian tumbuh-tumbuhan). Jadi, kata hidup bukan lawannya mati karena mati adalah lawannya lahir. Dengan demikian lahir adalah awal kehidupan sedangkan mati adalah akhir kehidupan.[6]
            Setiap  manusia  mempunyai  pandangan  hidup.  Pandangan  hidup  itu bersifat  kodrati. Karena  itu ia menentukan masa  depan  seseorang. Untuk  itu perlu  dijelaskan  pula apa  arti pandangan hidup.  Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan.  Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah  menurut  waktu  dan tempat  hidupnya.
Dengan  demikian  pandangan  hidup  itu bukanlah  timbul  seketika  atau  dalam  waktu yang  singkat saja, melainkan  melalui  proses  waktu yang lama dan  terus menerus,  sebingga basil  pemikiran  itu dapat  diuji kenyataannya.Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia  menerima  hasil pemikiran  itu sebagai pegangan,  pedoman,  arahan,  atau petunjuk yang disebut  pandangan  hidup.
            Pandangan   hidup  banyak  sekali  macamnya   dan  ragamnya,   akan  tetapi  pandangan hidup  dapat  diklasifikasikan   berdasarkan asalnya  yaitu terdiri dari  3 macam  :
a.       Pandangan hidup yang berasal dari agama  yaitu  pandangan  hidup yang mutlak kebenarannya
b.      Pandangan  hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang  terdapat  pada  negara  tersebut.
c.       Pandangan  hidup  hasil  renungan  yaitu pandangan  hidup yang  relatif kebenarannya.
            Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu  organisasi,  maka  pandangan  hidup  itu disebut  ideologi.  Jika  organisasi  itu organisasi politik,  ideologinya  disebut  ideologi  politik.  Jika organisasi  itu negara,  ideologinya  disebut ideologi  negara. Pandangan   hidup  pada  dasarnya  mempunyai   unsur-unsur  yaitu  cita-cita,  kebajikan, usaha,  keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan  yang tidak terpisahkan.  Cita – cita  ialah apa yang diinginkan  yang mungkin  dapat  dicapai  dengan usaha  atau perjuangan.  Tujuan  yang  hendak  dicapai  ialah kebajikan,  yaitu  segala  hal  yang baik yang membuat  manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan  adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.  Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan  jasmani,  dan kepercayaan  kepada  Tuhan.

C.  Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan) hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral di dalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat sebagai berikut:
a.       Manusia dengan unsur raganya dapat melahirkan filsafat biologi.
b.      Manusia dengan unsur rasanyaq dapat melahirkan filsafat keindahan(estetika).
c.       Manusiaa dengan unsur monodualismenya (kesatuan jiwa dan raganya) dapat melahirkan filsafat antropologi.
d.      Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk Tuhan dapat melahirkan filsafat ketuhanan.
e.       Manusia dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial dapat melahirkan filsafat sosial.
f.       Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat melahirkan filsafat berpikir (logika).
g.      Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk dapat melahirkan filsafat tingkah laku (etika).
h.      Manusia dengan unsur jiwanya dapat melahirkan filsafat psikologi.
i.        Manusia dengan segala aspek kehidupannya dapat melahirkan filsafat nilai (aksiologi).
j.        Manusia dengan dan sebagai warga negara ini dapat melahirkan filsafat negara.
k.      Manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap supernatural dapat melahirkan filsafat agama.
Filsafat sebagai pandangan hidup (weltsanschaung) merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Pandangan hidupnya itu akan tercermin dalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total.[7]
D.    Manfaat Mengetahui Pandangan Hidup (Filsafat Hidup)
Berdasarkan hakekat dari pandangan hidup atau filsafat hidup maka ada beberapa manfaat mengetahui pandangan hidup, yaitu:
1)    Pandangan hidup atau filsafat hidup menolong mendidik, membangun diri sendiri dan membuka cakrawala pandang yang lebih luas, yang kemudian akan memudahkan penyelesaian masalah yang kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
2)    Pandangan hidup atau filsafat hidup memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan dasar semua tindakan bersumber dari ide. Sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundamental. Ide-ide itulah yang akan mebawa manusia ke arah suatu kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya.
3) Pandangan hidup memberikan pandangan yang luas membendung egoisme dan egosentrisme.
4)  Pandangan hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri sendiri maupun untuk kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.[8]

Dengan memperhatikan manfaat dari pandangan hidup tersebut, maka orang yang memiliki pandangan hidup yang luas dan tinggi, terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mampu mengapresiasi keindahan, baik keindahan alam lingkungan, keindahan seni budaya, maupun keindahan harmoni yang aman, tentram, dan damai.
b.   Tanggap dan menaruh empati maupun simpati terhadap penderitaan orang lain, karena itu ia tidak akan melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan pihak lain.
c. Menjunjung tinggi rasa keadilan, bahkan berani mempertaruhkan hidupnya demi memperjuangkan keadilan.






Daftar Pustaka
Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Ayi Sofyan, Kapita Selekta Filsafat, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Asmoro Achmadi, Filsafa Umum, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008.


                                                      



[1] Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. H, 1.
[2] Ali Maksum, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011. H, 14.
[3] Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. H, 2.
[4] Ayi Sofyan, Kapita Selekta Filsafat, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. H, 436.
[5] Ali Maksum, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2011. H, 32.
[6] Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. H, 3.
[7] Asmoro Achmadi, Filsafa Umum, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008) 8.
[8] Asmoro Achmadi, Filsafa Umum, 18-19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar