Senin, 03 November 2014

Tafsir Ibn Mundzir



Pendahuluan
Al-qur’an al-karim adalah sebuah kitab yang tidak datang kepadanya kebatilan dari awal sampai akhir, yang diturunkan oleh (Tuhan) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Kitab yang mendapat keistimewaan, yaitu mampu mencetak ulama Islam yang tahu dan mengerti tentang penafsiran nas-nas al-qur’an dan ulama-ulama yang mengamalkan hukum-hukum yang tersirat di dalamnya, demi kemashlahatan umat manusia di dunia maupun di akhiratt.
Terdapat berbagai macam sumber yang dijadikan sandaran oleh para ulama dan ahli tafsir untuk memahami ayat-ayat alquran. Di antara sumber-sumber referensiyang dijadikan pegangan oleh para ahli tafsir dalam menafsirkan alquran antara lain riwayat dari Rasulullah tentang penafsiran ayat-ayat alquran yang global serta penjelasan-penjelasan beliau tentang makna-makna alquran secara terperinci.
Penafsiran melalui riwayat seperti ini dikenal di kalangan para ahli tafsir dengan sebutan tafsir bil matsur (tafsir bil riwayah). Di antara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode seperti ini adalah tafsir Ibn Mundzir Kitab Tafsir Alquran. Untuk lebih mengenal bagaimana metode bil matsur dan lebih mengetahui tentang kitab ini, maka penulis mencoba sedikit menguraikan beberapa hal berkaitan masalah ini yang sumbernya dari kata pengantar kitab tahqiq kitab ini, akan tetapi penulis menggunakan bahasa translit Indonesia seadanya. Jadi, marila kita menyimak makalah ini dan mengoreksi kebenarannya.
A.    Biografi Pengarang
a.       Nama Lengkap, Kunyah, dan kelahirannya
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ibrahim bin al Mundzir an Naisaburi. Kun-yah beliau adalah  Abu Bakr. Beliau di lahirkan di kota Naisabur yaitu sebuah kota di Provinsi Razavi Khorasan, ibu kota dari Sahrestani Nishapur dan bekas ibukota dari Khurasan, di timur laut Iran.
Mengenai tahun kelahiran beliau tidak ada catatan sejarah yang pasti, akan tetapi Imam adz-Dzahabi mengatakan bahwa kelahiran beliau bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Ahmad bin Hanbal yaitu pada tahun 241 H. karena itulah az-Zirikli mengatakan bahwa tahun lahir Ibn Mudzir 242 H. karena mengambil pendapat yang lebih hati-hati.
b.      Guru, dan Murid-murid Ibn Mundzir
Beliau mempunyai banyak guru, di antaranya:
1. Abu Hatim ar Razi.
2. Ishaq bin Ibrahim.
3. Ar Rabi’ bin Sulaiman.
4. Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.
5. Al Bukhari.
6. Muhammad bin ash Shabbah.
7. Muhammad bin Taubah.
8. Muhammad bin Abdillah bin al Hakam.
9. Muhammad bin Ismail ash Sha’igh.
Dan selainnya.
Murid-murid beliau juga banyak akan tetapi hanya beberapa orang saja yang terekam sejarah. As Subki berkata, “Meriwayatkan dari beliau: Abu Bakr bin al Muqri’, Muhammad bin Yahya bin Ammar ad Dimyathi -guru ath Thalamanki-, al Hasan dan al Husain putra Ali bin Sya’ban, dan selainnya.”
c.       Karya Tulis:
Karya Ibn Mundzir sangat banyak baik dibidang tafsir, hadis, fiqh, ilmu ushul dan sebagainya. Diantara karya beliau antara lain:
1. Al Ijma’
2. Al Mabsuth
3. Al Isyraf ala Madzahib al Ulama
4. At Tafsir
5. Kitab as Siyasah
6. Jami’ al Adzkar
7. Hajjah an Nabi
8. Rihlah Imam asy Syafii ila al Madinah
9. Tasyrif al Ghani ala al Faqir
10. Adab al Ibad
11. Itsbat al Qiyas
d.      Perjalanan Menuntut Ilmu & Manhaj Keilmuan
Tidak ada keterangan detil dan jelas mengenai perjalanan menuntut ilmu beliau. Namun yang jelas, selain menuntut ilmu di kota kelahiran beliau Naisabur, sebagian pakar sejarah juga menyebutkan bahwa beliau pernah juga menuntut ilmu ke Makkah, hanya saja tidak ada keterangan tentang waktunya. Dan ada kemungkinan beliau juga pernah ke Mesir dan menuntut ilmu kepada para ulama di sana, seperti ar Rabi’ dan selainnya. Namun yang jelas, beliau tidak pernah mendatangi kota Bagdad dan Damaskus, sebagaimana hal ini dipastikan oleh adz Dzahabi.
Dalam hal mazhab fiqhi, as Subki menyatakan Ibnu al Mundzir sama seperti dirinya, yakni pengikut mazhab asy syafiiyah. Maksudnya, dalam mempelajari fiqhi, beliau membaca kitab-kitab yang beraliran asy syafiiyah. Namun dalam hal ittiba’, maka beliau adalah seorang mujtahid yanng tidak bertaqlid kepada siapa pun. An Nawawi berkata, “Dalam kitab-kitab beliau, beliau mempunyai tahqiq (pembahasan ilmiah) dimana tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Beliau berada di puncak kemapanan dalam ilmu hadits. Dan beliau mempunyai banyak pendapat sendiri, dimana semua pendapat beliau tidak terikat dengan  mazhab tertentu, akan tetapi beliau berpendapat berdasarkan dalil.” Ibnu Qadhi Syuhbah berkata, “Beliau seorang mujtahid, tidak bertaqlid kepada siapa pun.” As Suyuthi berkata, “Beliau berada di puncak pengetahuan tentang ilmu hadits dan perbedaan pendapat ulama. Beliau seorang mujtahid, tidak bertaqlid kepada siapa pun.”
e.       Pujian Ulama terhadap Ibn Mundzir
Adz Dzahabi berkata dalam Tadzkirah Huffazh, “Al hafizh al allamah al faqih yang tidak ada tandingannya, Syaikh al Haram (Makkah). Penulis kitab-kitab yang belum pernah ada yang menulis seperti (baca: sehebat) itu.” As-Subki berkata, “Beliau adalah seorang imam, mujtahid, hafizh, wara’. Asy Syirazi berkata, “Beliau menulis sebuah kitab dalam masalah ‘perbedaan pendapat ulama’, dimana tidak ada seorang pun yang pernah menulis buku seperti (baca: sehebat) itu. Semua kitab beliau dibutuhkan oleh para ulama, baik yg sependapat maupun yg menyelisihi beliau.” Ibnu al Qaththan berkata, “Ibnu al Mundzir adalah seorang faqih, muhaddits, tsiqah.”
f.       Wafat
Arib bin Sa’ad al Qurthubi menyebutkan bahwa beliau wafat pd hari Ahad terakhir Syaban pada tahun 318 H. Tahun wafat ini jg disebutkan oleh Ibnu al Qaththan, Qadhi Syahbah, as Suyuthi, dan dikuatkan oleh adz Dzahabi.
B.     Kitab Tafsir Ibn Mundzir
a.       Nama Kitab
Ibn Mundzir menerangkan bahwa nama kitab tafsirnya ialah “Tafsir lil Qur’an”. Namun di lain kesempatan beliau mengatakan dengan nama yang lain seperti perkataan beliau di dalam kitab “al-Awshat” mengenai masalah tayamum bagi orang junub ketika dalam musafir (perjalanan jauh) akan tetapi tidak menemukan air, maka beliau menjelaskan “telah kami riwayatkan penjelasan ini perkataan yang diriwayatkan dari Ali, Ibn Abbas, Mujahid, Sa’id bin Zubair, Hakim, Hasan ibn Muslim, dan Qatadah, dan aku sebutkan sanadnya di dalam “ Kitab Tafsir”. Dalam bab lain beliau juga mengatakan dengan nama kitab “Kitab Tafsir”. Jadi, Ibn Mundzir sendiri pun tidak menyebutkan secara pasti mengenai nama yang digunakan untuk kitab tafsir karyanya, tetapi pada cover cetakan penerbit digabungkan nama kitab ini menjadi Kitab Tafsir Qur’an, dan telah di tahqiq.
b.      Kredebilitas tafsir
 Jika kitab ini dinisbahkan kepada Ibnu Mundzir maka tidak diragukan lagi kebenarannya dan memang karya beliau dikarenakan beberapa hal, antara lain:
i.                    Perawi hadis yang terdapat dalam kitab ini, ialah perawi yang meriwayatkan kepadanya dalam seluruh karyanya seperti al-awshat dan selainnya.
ii.                  Sebagian besar nash-nash dalam kitab ini dilemahkan  oleh As-Suyuthi dalam “ad-dur al-mansur”. Sebagaimana dijelaskan oleh muhaqqiq dalam komentarnya.

c.       Metode
Metode yang digunakan Ibn Mundzir dalam tasirnya ini ialah metode yang sering digunakan ulama terdahulu (salafus-shalihin) dalam menafsirkan alquran, yaitu metode menafsirkan alquran dengan ayat alquran, dengan hadis-hadis Nabi, dan atsar yang bisa diperpegangi baik dari sahabat nabi dan para tabi’in serta para pengikutnya. Metode ini yang lebih kita kenal dengan sebutan tafsir bil matsur atau tafsir bil riwayah.

d.      Pujian Ulama
Banyak  yang memuji kitab tafsir ini dari kalangan ahl al-ilm (ulama) antara lain:
Imam al-hafidz adz-Zhahabi berkata: Kitab tafsir karya Ibn Mundzir ini berisi lebih dari 10 jilid, dengan karyanya inilah beliau bisa dikategorikan orang yang ahli ilmu ta’wil.  Imam Ibnu Hajr  mengungkapkan di dalam kitabnya “al-ujjab fii asbab an-nuzul” pada muqaddimah al-ujjab beliau menulis “salah satu kitab dari empat sumber kitab tafsir bil ma’tsur ialah kitab tafsir ini”. Imam As-Subki menyebutkan dalam kitab tabaqahnya, Imam as-Suyuthi dan ad-Dawadi didalam tabaqah mereka “tidak pernah dikarang kitab yang sebanding dengan tafsir ini”.
e.       Sistematika
Kitab ini setelah di tahqiq oleh Sa’ad ibn Muhammad Sa’ad banyak perubahan terutama pada bidang sistematikanya, diantaranya  ialah:
i.                    Memberikan tambahan  pada nash-nash yang sudah ada
ii.                  Memberikan nomor urutan pada hadis dan atsar yang terdapat di dalam kitab ini
iii.                Menyandarkan hadis ke sumber yang berbeda sebagai pelengkap.
iv.                Menjelaskan ilmu qira’at yang diungkapkan Ibn Mundzir tentang riwayat qira’at dari riwayat mutawattir atau syadz berdasarkan kutipan dari kitab-kitab qira’at.
v.                  Mengembalikan kalimat-kalimat yang diringkas Ibn Mundzir seperti ثنا maka dikembalikan kepada حدثنا.
vi.                Meletakkan daftar isi (fihris) untuk ayat, hadis atau atsar, bait syi’ir, kata asing, negeri atau tempat,  sumber rujukan dan judul.




C.    Penutup
Muhammad bin Ibrahim bin al Mundzir an Naisaburi di lahirkan di kota Naisabur yaitu sebuah kota di Provinsi Razavi Khorasan, ibu kota dari Sahrestani Nishapur dan bekas ibukota dari Khurasan, di timur laut Iran.
Kitab tafsir qur’an karya ibnu Mundzir ini menggunakan metode bil matsur / bil riwayah. Dimana dalam metode ini mufassir lebih banyak menggunakan nash-nash dalam menafsirkan alquran. Walaupun sebagian orang meanggap  lemah nash-nash yang digunakan dalam tafsir ini.
Sistematika manuskrip awal tafsir Ibn Mundzir banyak sekali mengalami penambahan keterangan setelah dilakukan pentahqiqkan oleh Sa’ad ibn Muhammad Sa’ad akan tetapi tidak merubah dari segi subtansialnya.
Ciri khas dari kitab ini antara lain ialah dalam penafsiran beliau hanya menggunakan riwayat saja, tidak seperti kebanyakan tafsir bil ma’tsur yang lain terkadang memasukkan pendapatnya dalam karyanya. Tafsir ini menafsirkan secara runtut dari surah al-baqarah hingga an-Nisa (dalam literatur yang penulis temukan yaitu hanya 2 jilid yang sebenarnya menurut muhaqqiq ada lebih 10 jilid), tidak seperti kitab tafsir pada umumnya yang menafsirkan ayat perayat. Jadi penulis mengkategorikan tafsir ini ialah tafsir bil ma’tsur semi tematik.
Mengenai kapan kitab ini pertama kali di tahqiq tidak ada keterangan yang jelas seperti yang diungkapkan Fuad Seizgin, yang pasti sudah sejak lama kitab ini dicetak ulang. Adapun pertama kali Sa’ad ibn Muhammad Sa’ad mentahqiq berawal dari kutipan-kutipan yang diletakkan pada hawasyi kitab tafsir Abi Hatim dan kitab ini diberi nama al-Muntakhab min tafsir Ibn Mundzir kemudian beliau mentahqiq keseluruhan tafsir ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar