Pendahuluan
Al-qur’an
al-karim adalah sebuah kitab yang tidak datang kepadanya kebatilan dari awal
sampai akhir, yang diturunkan oleh (Tuhan) Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Terpuji. Kitab yang mendapat keistimewaan, yaitu mampu mencetak ulama Islam
yang tahu dan mengerti tentang penafsiran nas-nas al-qur’an dan ulama-ulama
yang mengamalkan hukum-hukum yang tersirat di dalamnya, demi kemashlahatan umat
manusia di dunia maupun di akhiratt.
Terdapat
berbagai macam sumber yang dijadikan sandaran oleh para ulama dan ahli tafsir
untuk memahami ayat-ayat alquran. Di antara sumber-sumber referensiyang
dijadikan pegangan oleh para ahli tafsir dalam menafsirkan alquran antara lain
riwayat dari Rasulullah tentang penafsiran ayat-ayat alquran yang global serta
penjelasan-penjelasan beliau tentang makna-makna alquran secara terperinci.
Penafsiran
melalui riwayat seperti ini dikenal di kalangan para ahli tafsir dengan sebutan
tafsir bil matsur (tafsir bil riwayah). Di antara kitab-kitab tafsir
yang menggunakan metode seperti ini adalah tafsir Ibn Mundzir Kitab Tafsir
Alquran. Untuk lebih mengenal bagaimana metode bil matsur dan lebih
mengetahui tentang kitab ini, maka penulis mencoba sedikit menguraikan beberapa
hal berkaitan masalah ini yang sumbernya dari kata pengantar kitab tahqiq kitab
ini, akan tetapi penulis menggunakan bahasa translit Indonesia seadanya. Jadi,
marila kita menyimak makalah ini dan mengoreksi kebenarannya.
A.
Biografi Pengarang
a. Nama Lengkap,
Kunyah, dan kelahirannya
Nama lengkap
beliau adalah Muhammad bin Ibrahim bin al Mundzir an Naisaburi. Kun-yah beliau
adalah Abu Bakr. Beliau di lahirkan di
kota Naisabur yaitu sebuah kota di Provinsi Razavi
Khorasan, ibu kota dari Sahrestani Nishapur dan bekas ibukota dari Khurasan,
di timur laut Iran.
Mengenai
tahun kelahiran beliau tidak ada catatan sejarah yang pasti, akan tetapi Imam
adz-Dzahabi mengatakan bahwa kelahiran beliau bertepatan dengan tahun wafatnya
Imam Ahmad bin Hanbal yaitu pada tahun 241 H. karena itulah az-Zirikli
mengatakan bahwa tahun lahir Ibn Mudzir 242 H. karena mengambil pendapat yang
lebih hati-hati.
b. Guru, dan Murid-murid
Ibn Mundzir
Beliau mempunyai banyak guru, di antaranya:
1. Abu Hatim ar Razi.
2. Ishaq bin Ibrahim.
3. Ar Rabi’ bin Sulaiman.
4. Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.
5. Al Bukhari.
6. Muhammad bin ash Shabbah.
7. Muhammad bin Taubah.
8. Muhammad bin Abdillah bin al Hakam.
9. Muhammad bin Ismail ash Sha’igh.
Dan selainnya.
1. Abu Hatim ar Razi.
2. Ishaq bin Ibrahim.
3. Ar Rabi’ bin Sulaiman.
4. Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah.
5. Al Bukhari.
6. Muhammad bin ash Shabbah.
7. Muhammad bin Taubah.
8. Muhammad bin Abdillah bin al Hakam.
9. Muhammad bin Ismail ash Sha’igh.
Dan selainnya.
Murid-murid
beliau juga banyak akan tetapi hanya beberapa orang saja yang terekam sejarah. As
Subki berkata, “Meriwayatkan dari beliau: Abu Bakr bin al Muqri’, Muhammad bin
Yahya bin Ammar ad Dimyathi -guru ath Thalamanki-, al Hasan dan al Husain putra
Ali bin Sya’ban, dan selainnya.”
c. Karya Tulis:
Karya Ibn
Mundzir sangat banyak baik dibidang tafsir, hadis, fiqh, ilmu ushul dan
sebagainya. Diantara karya beliau antara lain:
1. Al Ijma’
2. Al Mabsuth
3. Al Isyraf ala Madzahib al Ulama
4. At Tafsir
5. Kitab as Siyasah
6. Jami’ al Adzkar
7. Hajjah an Nabi
8. Rihlah Imam asy Syafii ila al Madinah
9. Tasyrif al Ghani ala al Faqir
10. Adab al Ibad
11. Itsbat al Qiyas
1. Al Ijma’
2. Al Mabsuth
3. Al Isyraf ala Madzahib al Ulama
4. At Tafsir
5. Kitab as Siyasah
6. Jami’ al Adzkar
7. Hajjah an Nabi
8. Rihlah Imam asy Syafii ila al Madinah
9. Tasyrif al Ghani ala al Faqir
10. Adab al Ibad
11. Itsbat al Qiyas
d.
Perjalanan Menuntut Ilmu & Manhaj Keilmuan
Tidak ada
keterangan detil dan jelas mengenai perjalanan menuntut ilmu beliau. Namun yang
jelas, selain menuntut ilmu di kota kelahiran beliau Naisabur, sebagian pakar
sejarah juga menyebutkan bahwa beliau pernah juga menuntut ilmu ke Makkah,
hanya saja tidak ada keterangan tentang waktunya. Dan ada kemungkinan beliau juga
pernah ke Mesir dan menuntut ilmu kepada para ulama di sana, seperti ar Rabi’
dan selainnya. Namun yang jelas, beliau tidak pernah mendatangi kota Bagdad dan
Damaskus, sebagaimana hal ini dipastikan oleh adz Dzahabi.
Dalam hal
mazhab fiqhi, as Subki menyatakan Ibnu al Mundzir sama seperti dirinya, yakni
pengikut mazhab asy syafiiyah. Maksudnya, dalam mempelajari fiqhi, beliau
membaca kitab-kitab yang beraliran asy syafiiyah. Namun dalam hal ittiba’, maka
beliau adalah seorang mujtahid yanng tidak bertaqlid kepada siapa pun. An
Nawawi berkata, “Dalam kitab-kitab beliau, beliau mempunyai tahqiq (pembahasan
ilmiah) dimana tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Beliau berada di puncak
kemapanan dalam ilmu hadits. Dan beliau mempunyai banyak pendapat sendiri,
dimana semua pendapat beliau tidak terikat dengan mazhab tertentu, akan
tetapi beliau berpendapat berdasarkan dalil.” Ibnu Qadhi Syuhbah berkata,
“Beliau seorang mujtahid, tidak bertaqlid kepada siapa pun.” As Suyuthi
berkata, “Beliau berada di puncak pengetahuan tentang ilmu hadits dan perbedaan
pendapat ulama. Beliau seorang mujtahid, tidak bertaqlid kepada siapa pun.”
e.
Pujian Ulama terhadap Ibn Mundzir
Adz Dzahabi
berkata dalam Tadzkirah Huffazh, “Al hafizh al allamah al faqih yang tidak ada
tandingannya, Syaikh al Haram (Makkah). Penulis kitab-kitab yang belum pernah
ada yang menulis seperti (baca: sehebat) itu.” As-Subki berkata, “Beliau adalah
seorang imam, mujtahid, hafizh, wara’. Asy Syirazi berkata, “Beliau menulis
sebuah kitab dalam masalah ‘perbedaan pendapat ulama’, dimana tidak ada seorang
pun yang pernah menulis buku seperti (baca: sehebat) itu. Semua kitab beliau
dibutuhkan oleh para ulama, baik yg sependapat maupun yg menyelisihi beliau.” Ibnu
al Qaththan berkata, “Ibnu al Mundzir adalah seorang faqih, muhaddits, tsiqah.”
f.
Wafat
Arib bin
Sa’ad al Qurthubi menyebutkan bahwa beliau wafat pd hari Ahad terakhir Syaban pada
tahun 318 H. Tahun wafat ini jg disebutkan oleh Ibnu al Qaththan, Qadhi
Syahbah, as Suyuthi, dan dikuatkan oleh adz Dzahabi.
B.
Kitab Tafsir Ibn Mundzir
a. Nama Kitab
Ibn Mundzir menerangkan bahwa nama kitab tafsirnya ialah “Tafsir lil
Qur’an”. Namun di lain kesempatan beliau mengatakan dengan nama yang lain
seperti perkataan beliau di dalam kitab “al-Awshat” mengenai masalah
tayamum bagi orang junub ketika dalam musafir (perjalanan jauh) akan tetapi
tidak menemukan air, maka beliau menjelaskan “telah kami riwayatkan
penjelasan ini perkataan yang diriwayatkan dari Ali, Ibn Abbas, Mujahid, Sa’id
bin Zubair, Hakim, Hasan ibn Muslim, dan Qatadah, dan aku sebutkan sanadnya di
dalam “ Kitab Tafsir”. Dalam bab lain beliau juga mengatakan dengan nama
kitab “Kitab Tafsir”. Jadi, Ibn Mundzir sendiri pun tidak menyebutkan
secara pasti mengenai nama yang digunakan untuk kitab tafsir karyanya, tetapi pada
cover cetakan penerbit digabungkan nama kitab ini menjadi Kitab Tafsir
Qur’an, dan telah di tahqiq.
b. Kredebilitas
tafsir
Jika kitab ini dinisbahkan kepada
Ibnu Mundzir maka tidak diragukan lagi kebenarannya dan memang karya beliau
dikarenakan beberapa hal, antara lain:
i.
Perawi hadis yang terdapat dalam kitab ini,
ialah perawi yang meriwayatkan kepadanya dalam seluruh karyanya seperti al-awshat
dan selainnya.
ii.
Sebagian besar nash-nash dalam kitab ini
dilemahkan oleh As-Suyuthi dalam “ad-dur
al-mansur”. Sebagaimana dijelaskan oleh muhaqqiq dalam komentarnya.
c. Metode
Metode yang
digunakan Ibn Mundzir dalam tasirnya ini ialah metode yang sering digunakan
ulama terdahulu (salafus-shalihin) dalam menafsirkan alquran, yaitu metode
menafsirkan alquran dengan ayat alquran, dengan hadis-hadis Nabi, dan atsar
yang bisa diperpegangi baik dari sahabat nabi dan para tabi’in serta para
pengikutnya. Metode ini yang lebih kita kenal dengan sebutan tafsir bil
matsur atau tafsir bil riwayah.
d. Pujian Ulama
Banyak yang memuji kitab tafsir ini dari kalangan ahl
al-ilm (ulama) antara lain:
Imam
al-hafidz adz-Zhahabi berkata: Kitab tafsir karya Ibn Mundzir ini berisi lebih
dari 10 jilid, dengan karyanya inilah beliau bisa dikategorikan orang yang ahli
ilmu ta’wil. Imam Ibnu Hajr mengungkapkan di dalam kitabnya “al-ujjab fii
asbab an-nuzul” pada muqaddimah al-ujjab beliau menulis “salah satu kitab dari
empat sumber kitab tafsir bil ma’tsur ialah kitab tafsir ini”. Imam As-Subki
menyebutkan dalam kitab tabaqahnya, Imam as-Suyuthi dan ad-Dawadi didalam
tabaqah mereka “tidak pernah dikarang kitab yang sebanding dengan tafsir ini”.
e. Sistematika
Kitab ini setelah di tahqiq oleh Sa’ad ibn
Muhammad Sa’ad banyak perubahan terutama pada bidang sistematikanya,
diantaranya ialah:
i.
Memberikan tambahan pada nash-nash yang sudah ada
ii.
Memberikan nomor urutan pada hadis dan atsar
yang terdapat di dalam kitab ini
iii.
Menyandarkan hadis ke sumber yang berbeda
sebagai pelengkap.
iv.
Menjelaskan ilmu qira’at yang diungkapkan Ibn
Mundzir tentang riwayat qira’at dari riwayat mutawattir atau syadz berdasarkan
kutipan dari kitab-kitab qira’at.
v.
Mengembalikan kalimat-kalimat yang diringkas
Ibn Mundzir seperti ثنا maka
dikembalikan kepada حدثنا.
vi.
Meletakkan daftar isi (fihris) untuk ayat, hadis
atau atsar, bait syi’ir, kata asing, negeri atau tempat, sumber rujukan dan judul.
C.
Penutup
Muhammad bin Ibrahim bin al Mundzir an
Naisaburi di lahirkan di kota Naisabur yaitu sebuah kota di
Provinsi Razavi Khorasan, ibu kota dari Sahrestani Nishapur dan bekas ibukota
dari Khurasan,
di timur laut Iran.
Kitab
tafsir qur’an karya ibnu Mundzir ini menggunakan metode bil matsur / bil
riwayah. Dimana dalam metode ini mufassir lebih banyak menggunakan nash-nash
dalam menafsirkan alquran. Walaupun sebagian orang meanggap lemah nash-nash yang digunakan dalam tafsir
ini.
Sistematika
manuskrip awal tafsir Ibn Mundzir banyak sekali mengalami penambahan keterangan
setelah dilakukan pentahqiqkan oleh Sa’ad ibn Muhammad Sa’ad akan tetapi tidak
merubah dari segi subtansialnya.
Ciri
khas dari kitab ini antara lain ialah dalam penafsiran beliau hanya menggunakan
riwayat saja, tidak seperti kebanyakan tafsir bil ma’tsur yang lain terkadang
memasukkan pendapatnya dalam karyanya. Tafsir ini menafsirkan secara runtut dari
surah al-baqarah hingga an-Nisa (dalam literatur yang penulis temukan yaitu
hanya 2 jilid yang sebenarnya menurut muhaqqiq ada lebih 10 jilid), tidak
seperti kitab tafsir pada umumnya yang menafsirkan ayat perayat. Jadi penulis
mengkategorikan tafsir ini ialah tafsir bil ma’tsur semi tematik.
Mengenai
kapan kitab ini pertama kali di tahqiq tidak ada keterangan yang jelas seperti
yang diungkapkan Fuad Seizgin, yang pasti sudah sejak lama kitab ini dicetak
ulang. Adapun pertama kali Sa’ad ibn Muhammad Sa’ad mentahqiq berawal dari
kutipan-kutipan yang diletakkan pada hawasyi kitab tafsir Abi Hatim dan kitab
ini diberi nama al-Muntakhab min tafsir Ibn Mundzir kemudian beliau
mentahqiq keseluruhan tafsir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar